Senin, 26 November 2012

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Sebelum kita dapat membahas isu-isu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) kita perlu membahas secara lebih dalam isu-isu dan prioritas untuk pendidikan yang bermutu dan tujuannya KBM dalam proses mengarah ke pendidikan yang bermutu. Apakah tujuan KBM adalah untuk menyampaikan informasi tertentu (pengetahuan) atau mengajar salah satu "skill" (keterampilan) kepada pelajarnya? Atau ada tujuan yang lebih luas? Kami masih ingat pada waktu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) baru muncul di Indonesia secara formal. Di lapangan banyak guru sedang bingung. Bingung karena ada beberapa hal termasuk banyak kompetensi yang disebut dalam kurikulum yang bukan kompetensi, atau sangat sulit diukur. Salah satu masalah besar adalah guru-guru bingung karena mereka tidak dapat percaya bahwa mereka akan punya cukup waktu untuk mengajar les masing-masing untuk menyampaikan dan "assess" (menilaikan) begitu banyak kompetensi. Padahal ini bukan masalah karena kita tidak perlu mengajar kompetensi-kompetensi itu masing-masing. Di dalam satu kelas kita dapat mengajar beberapa kompetensi sekalian dan juga assess beberapa kompetensi sekalian. Sebenarnya di setiap kelas kita wajib untuk mengajar sebanyak kompetensi mungkin dalam waktunya bila memakai KBK atau tidak. 

Apa itu Pendidikan Yang Bermutu? Sebetulnya ada banyak definisi untuk pendidikan yang bermutu tetapi kami merasa bahwa definisi ini dari UNICEF(di bawah) adalah cukup lengkap: Pelajar yang sehat, mendapat makanan bergizi yang cukup dan siap berpartisipasi dalam proses belajar, yang didukung dalam proses pembelajaran oleh keluarga dan linkungannya. Environmen yang sehat, aman, melindungi dan "gender-sensitive", dan menyediakan sumber-sumber pembelajaran dan fasilitas yang cukup. Konten dalam kurikulum dan bahan pembelajaran yang relevan untuk belajar "basic skills", khusus "literacy, numeracy and skills for life", dan pengetahuan mengenai isu-isu seperti "gender, health (kesehatan), nutrisi, HIV/AIDS prevention and peace (kedamaian)". Proses-proses di mana guru-guru yang terlatih menggunakan sistem pembelajaran "child centered" di kelas dan sekolah yang di-manage dengan baik dan di mana ada penilaian yang baik untuk melaksanakan pembelajaran dan menurunkan isu-isu perbedaan. Outcomes yang termasuk pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap, dan berhubungan dengan tujuan-tujuan (goals) nasional untuk pendidikan dan partisipasi sosial yang positif. 

Bagaimana kita dapat melaksanakan Pendidikan yang Bermutu di Indonesia? Yang pertama kita harus sadar bahwa kesehatan adalah isu pendidikan. Itu sebabnya Pendidikan Network mempunyai bagian berita khusus "Pendidikan & Kemiskinan" karena isu-isu kemiskinan dan kesehatan adalah dua faktor yang sangat mempengaruhi mutu pendidikan (untuk semua) di negara kita. "Environmen yang sehat" Puluhan ribu sekolah di negara kita adalah rusak atau ambruk. Kalau kita menuju pendidikan yang bermutu "untuk semua" ini harus sebagai prioritas utama terhadap keadilan di bidang pendidikan. Walapun sumber-sumber pembelajaran dan fasilitas adalah isu yang sangat penting semua siswa-siswi di Indonesia berhak untuk mengakses sekolah yang aman dan nyaman. "Konten dalam kurikulum dan bahan pembelajaran yang relevan untuk belajar basic skills". Kurikulum adalah isu yang terus perlu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan siswa-siswi untuk menghadapi masa depan dengan keberanian dan kreativitas, kalau negara kita berharap kemajuan. Biasanya ada tiga kurikulum sebetulnya; kurikulum nasional, kurikulum daerah (mungkin konten lokal termasuk bahasa), dan kurikulum sekolah (mencerminkan keinginan dan kebutuhan lingkungan sekolah termasuk masyarakat dan industri). Kurikulum sekolah adalah isu yang sangat penting dan dapat di bentukkan dalam kegiatan ekstra-kurikular untuk menambah pembelajaran agama, sosial, kemandirian, keterampilan yang berhubungan dengan industri lokal (kejuruan), dll. Kurikulum sekolah dapat sangat membantu dengan isu-isu mutu SDM. "Proses-proses di mana guru-guru yang terlatih menggunakan sistem pembelajaran child centered" Apa maksudnya "child centered"? Child centered adalah sistem pembelajaran di mana fokus pembelajaran adalah dengan pelajar bukan guru. Guru sebagai fasilitator atau manajer proses pembelajaran. Misalnya di TK guru-guru sering mengajar anak-anak lewat kegiatan mainan. Di dalam kegiatan-kegiatan ini adalah pembelajaran misalnya pembelajaran isu sosial, hitung, bergambar, cerita dalam kata-kata sendiri, keterampilan kreativitas, dll. Di tingkat SD sampai SMP sudah ada banyak contoh dan bukti penghasilan dari proses "Child Centered Learning" yang disebut Pengajaran Aktif, Kreatif, Efektif yang Menyenangkan (PAKEM) atau Pembelajaran Kontekstual di situs Basic Education (MBE). Di tingkat SMU kita masih dapat menyaksikan banyak kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah menengah yang belum Student Centered. 

Mungkin karena masih banyak guru belum kenal dengan proses, atau seperti kami sudah mendengar di lapangan bahwa guru-guru masih ragu-ragu bahwa mereka dapat selesai menyampaikan kurikulum dalam waktunya kalau menggunakan proses PAKEM. Padahal lewat proses PAKEM siswa-siswi dapat belajar sangat cepat maupun enjoy (nikmat) pembelajaran sambil menambah pembelajaran "life skills" misalnya manajemen, kemandirian, penelitian, dll, sambil belajar topik utama#. #Ingat di atas bahwa kami sebut "di setiap kelas kita wajib untuk mengajar sebanyak kompetensi mungkin dalam waktunya bila memakai KBK atau tidak" Ini adalah salah satu isu yang sangat membedakan sekolah nasional dengan sekolah internasional. Beberapa sekolah nasional sudah melaksanakan proses pembelajaran kontekstual misalnya Madania di Parung, Bogor, Jawa Barat. Di Perguruan Tinggi kita dapat menyaksikan kegiatan belajar mengajar di kebanyakan kelas yang paling pasif. Proses pembelajarannya biasanya sangat 'dosen centered' dengan mahasiswa/i dalam keadaan DM (duduk manis) dan jarang terkait dalam proses pembelajaran. Apakah harus begini? Pasti Tidak! Dosen-dosen, sama dengan guru-guru di sekolah, wajib untuk mengaktifkan mahasiswa/i dalam proses pembelajaran. Kita perlu menggunakan strategi-strategi, walapun kelasnya adalah besar, di mana mahasiswa/i adalah seaktif mungkin dalam proses pembelajaran. Apakah anda yang dosen yang membaca ini pernah ikut program seminar yang ceramah atau pidato sepanjang hari? Apakah anda ingin tidur atau pulang? Sekarang kebanyakan presenter menggunakan laptop dan data projector. Apakah ada bedanya? Setelah dua atau tiga presentasi apa anda ingin tidur atau pulang juga? Sama saja kan? Yang akan paling meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah kalau kita di semua tingkat pendidikan menghidupkan/mengaktifkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), bukan isu seperti teknologi. Teknologi Pendidikan adalah alat bantu untuk di mana ada kesempatan untuk meningkatkan mutu KBM, tetapi teknologinya harus cocok dan tidak perlu terlalu canggih. Kalau kita sering menggunakan teknologi yang sama, bila paling canggih, pelajar kita juga akan cepat mulai bosen. Sering teknologi yang paling membantu tujuan KBM kita adalah yang paling sederhana.

Akademi Komunitas

Akademi Komunitas Dinilai AncamPTS
Penulis : Indra Akuntono

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (Aptisi) Suyatno mengatakan, keberadaan akademi komunitas (AK) akan mengancam eksistensi perguruan tinggi swasta (PTS). Suyatna khawatir, PTS akan kekurangan peminat karena calon mahasiswa berbelok memilih AK. Menurutnya, calon mahasiswa tentu akan lebih tertarik pada AK karena waktu belajar yang lebih singkat dan praktis. 

Dalam satu atau dua tahun saja, mahasiswanya sudah bisa meraih gelar D1 atau D2, sementara program S1 yang rata-rata dibuka oleh PTS harus ditempuh dengan waktu belajar yang lebih lama. "Pengaruhnya tentu ada, PTS akan sepi peminat karena semua akan masuk AK yang lebih praktis," katanya, kapada Kompas.com, Sabtu (25/8/2012), di Jakarta. Namun demikian, Rektor Universitas Dr Hamka (Uhamka) Jakarta ini juga mengakui keunggulan AK. Selain praktis, AK juga akan membuka akses pendidikan tinggi dan lebih menggiurkan karena berorientasi pada dunia pekerjaan. Lulusan AK, lanjutnya, mudah diserap oleh tenaga kerja. "Dari segi kesempatan memang bagus, lebih terbuka, praktis dan orientasinya langsung kerja," ujarnya. Pemerintah baru saja mengungkapkan rencana untuk membangun AK negeri di 20 kabupaten/kota. AK negeri pertama akan dibangun di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, dan pemancanan tiangnya akan dimulai bulan depan. AK percontohan rencananya akan dibangun di setiap kota besar. Swasta juga diperkenankan turut terlibat dalam pendirian AK. Pembangunan AK sendiri difokuskan pada pendidikan diploma atau vokasi. Program studinya disesuaikan dengan potensi lokal dan tenaga pendidiknya berasal dari instruktur yang ahli di bidangnya.

Kamis, 22 November 2012

Guru Ga Boleh 'Gaptek' ???

Teknologi Pendidikan Tepat Guna :: Jaman Kini!
Apakah Kebijakan terhadap TIK (ICT) di Sekolah Mengancam Perkembangan Pendidikan?
Re: 'Guru Ga Boleh 'Gaptek' alias gagap teknologi'

Apakah anda merasa guru yang mampu mengajar Ilmu Sains Roket dengan whiteboard marker (sebagai peraga, bukan pena) adalah gaptek? Sebenarnya whiteboard marker dapat digunakan sebagai proyek kelas sampai benar-benar sebagai roket yang terbang. Dalam model pembelajaran seperti ini (sebagai contoh) pelajarnya harus sangat kreatif, kreativitas yang dapat meningkatkan PDnya selama hidup. Dibanding membaca atau nonton di layar komputer.

Kalau guru sudah dapat melakukan pembelajaran secara ini, yang sangat bermutu, beliau tidak dapat disebut 'gaptek' dan untuk belajar cara memakai komputer adalah gampang sekali. Sebenarnya kalau beliau sudah biasa menggunakan kreativitas begini, beliau dapat melihat kebanyakan kekurangan dari teknologi canggih, misalnya pembelajaran pasif, suap-suapan informasi - yang tidak perlu imaginasi atau kreativitas, dll - Asal-Hafal-Saja.

Ilmu Teknologi Pendidikan Berbasis-Ilmu TTG yang berbasis-kreativitas guru dan pelajar paling menyiapkan guru maupun pelajar untuk semua keadaan di mana saja.

Saya kira 'yang sudah lupa' bahwa apa saja dapat diajarkan (termasuk dasarnya teknologi canggih sendiri) dengan teknologi sederhana, adalah yang gaptek. Teknologi canggih hanya adalah salah satu pilihan kalau mengajar, bukan kebutuhan (kecuali kalau mengajar teknologinya).

Teknologi yang dapat Menstimulasikan Discovery Learning dan Membangunkan Proses Analitikal dan Problem Solving adalah....

Biasanya Teknologi yang dapat menstimulasikan discovery learning (Constructivism) dan membangunkan proses analitikal dan problem solving, berbasis-kreativitas pelajarnya adalah teknologi yang sesederhana mungkin untuk mencapaikan tujuan pembelajarannya. Makin sederhana makin banyak mereka terpaksa menggunakan kreativitas mereka sendiri, maupun berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Misalnya contoh kemarin di mana saya menggunakan botol-botol plastik dengan tiga lobang untuk mengajar teggangan, hambatan dan arus. Listrik memang sulit dilihat, dan daripada menggunakan animasi / film (passive learning) lebih baik menggunakan air di mana mereka dapat melihat hubungannya (RVI) secara alam dan rasain sendiri.

(Pelajarnya Semua Dewasa - Dari Industri)

Maupun Pembelajaran Berbasis-Kontekstual adalah cara belajar yang paling terkait dengan dunia nyata - bukan dunia guru atau dunia virtual! Melihat contoh-contoh di sini:http://inovasipendidikan.net

Pembelajaran kontekstual tidak hanya untuk anak-anak tetapi dapat dilaksanakan di semua tingkat pendidikan. Di dalam kelas dan di luar kelas oleh task atau project-based learning.

Saya sangat pro-teknologi tetapi saya juga ingin Indonesia menjadi Smart Country di mana kita akan sangat kreatif dan kalau suatu hari kita dapat melepaskan diri dari kebudayaan korupsi dan fokus kepada isu-isu yang betul penting terhadap perkembangan dan globalisasi - kita akan siap.

Misalnya (isu-isu globalisasi) petanian (semua orang di negara mana saja perlu makan), perairan yang mempunyai potensi besar, pariwisata dan banyak industri baru. Manajement sumber daya alam dan bahasa Inggris adalah dua isu yang sangat penting, maupun banyak yang lain.

Yang penting adalah kita kompak untuk membentuk generasi anak-anak oleh pendidikan (yang tidak Berbasis-Asal-Hafal-Saja), yang sebaik mungkin dan terjangkau sekarang untuk membangun inovasi dan kreativitas terhadap masa depan supaya kita kompetitif secara global.

Yang sering disebut banyak pulau dan banyak suku sebagai masalah sebenarnya ini adalah aset kita yang sangat unik dan dengan manajement yang pandai kita dapat memastikan masa depan yang baik dan sejahtera.

Kita dapat membangun kreativitas oleh pendidik yang kreatif, bukan oleh guru yang dapat menghidupkan teknologi canggih.

Kita sebagai ilmuwan harus mendukung guru-guru dengan teknologi dan kemampuan yang sesuai dengan membangun anak-anak yang kreatif, Appropriate Technology.

Tetapi di luar kelas apa saja yang dapat membantu pembelajaran mereka boleh digunakan (bukan konsern saya) kecuali kita sangat perlu meningkatkan kebiasaan baca dan kemampuan menggunakan sumber-sumber yang mana saja sesuai dengan life-long learning.

http://pendidikan.net/perpustakaan.html

Tetapi mohon jangan makan anggaran pendidikan untuk membuat fasilitas untuk sekolah-sekolah yang sudah kaya sambil ada puluhan ribu sekolah lain yang rusak.

Rahasia, shhh.... Di sekolah yang baik, kalau semua teknologi canggih dicabut masih tetap baik. Tetapi kalau tidak ada atap tidak dapat berjalan. (Rahasianya adalah gurunya baik).

Kita memang Technologis tetapi kita harus tetap Humanists yang berjuang untuk pendidikan bermutu untuk semua.


ISU-ISU TERKAIT ICT:

Internet Masuk Sekolah - Mengapa?

E-Learning Dapat Membunuh Kreativitas!

E-Book - Mengapa Mencari Solusi Sulit?

Mobile E-Learning Will Go Away : M-Learning?

Kuliah Bersama di Widya Telewicara - Aduh! Internet Belum Dimanfaatkan Secara Positif Oleh Pelajar! (2010)

Teknologi Sekarang Membuat Beberapa Ancaman Baru Terhadap Anak-Anak Bangsa Yang Cerdas

Is The Role Of High-Tech In Learning Significant?

'1 Komputer Untuk Satu Siswa', Kapan?

Ketidakmerataan Pendidikan, Bagaimana?

Web-Based Learning ???

Jawabannya Ada Di Halaman Utama http://TeknologiPendidikan.Com


Phillip Rekdale

Education Network Indonesia: http://Pendidikan.Net

Merancang Pendidikan Moral

MERANCANG PENDIDIKAN MORAL _ BUDI PEKERTI

Kualitas Pendidikan

mutu kualitas pendidikan

Jaminan Mutu Pendidikan Tinggi

JAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI

Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan - PDF

Sistem Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional

Permen 24 Sarana dan Prasarana

Permen 24 Standar Sarana dan Prasarana

Defisiensi moral terhadap pelanggaran nilai dan norma

Defisiensi Moral terhadap Pelanggaran Nilai dan Norma

Peranan Guru

peranan guru

Masa depan pendidikan nasional

MASA DEPAN PENDIDIKAN NASIONAL

Pendidikan Sekarang dan Masa Datang

pendidikan sekarang dan masa depan

Pengertian Pedagogik

Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah, perlu memiliki seperangkat ilmu tentang bagaimana ia harus mendidik anak. Guru bukan hanya sekedar terampil dalam menyampaikan bahan ajar, namun disamping itu ia juga harus mampu mengembangkan pribadi anak, mengembangkan watak anak, dan mengembangkan serta mempertajam hati nurani anak. Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak. Dalam bagian ini akan dibagai pengertian pedagogik, pendidikan dalam arti khusus dan arti luas. Pendidikan mengandung tiga aspek, yaitu mendidik, mengajar dan melatih, dan di bawah ini akan diuraikan perbedaan antara ketiga aspek tersebut, yaitu perbedaan antara mendidik, mengajar dan melatih.

Pendidikan dalam arti khusus
Pedagogik merupakan kajian pendidikan. Secara etimologi berasal dari kata Yunani “paedos”, yang berarti anak laki-laki dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno, yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan, pedagogik ialah seorang ahli, yang membimbing anak ke arah tujuan hidup tertentu. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Jadi pedagogik adalah Ilmu Pendidikan Anak Langveld (1980) membedakan istilah “pedagogik” dengan istilah “pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak , mendidik anak. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak. Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakekat manusia, hakekat anak, hakekat tujuan pendidikan serta hakekat proses pendidikan

Dalam bahasa Inggris istilah pendidikan digunakan kata “education”, biasanya istilah tersebut dihubungkan dengan pendidikan di sekolah, dengan alasan, bahwa di sekolah tempatnya anak dididik oleh para ahli yang khusus mengalami pendidikan dan latihan sebagai profesi. Kata education berhubungan dengan kata Latin “educere” yang berarti “mengeluarkan suatu kemampuan” (e = Keluar, ducere = yang memimpin), jadi berarti membimbing untuk mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan dalam diri anak. Kata “educere” kita temukan dalam kata konduktor, yaitu seseorang yang “memimpin kereta api dalam perjalanan (kondektur)”. Dalam ilmu listrik, konduktor ialah bahan (biasanya logam) yang dapat “membawa aliran listrik. Dalam bahasa Belanda kita temukan untuk pendidikan akta “opvoeden” (op = ke atas, voeden = memberi makan) disini memberi makan diambil kiasannya, yaitu memberi makanan rohani untuk meningkatkan kecakapan dan derajat seorang anak. Dalam bahasa Jerman untuk mendidik dipakai kata “orziehen” (or = keatas, ziehen = menarik) jadi “orziehen” yang berarti “menarik keatas” menggambarkan secara kiasan, bahwa mendidik itu meningkatkan (menarik keatas) kecakapan dan derajat seseorang. Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Ahmadi dan Uhbiyati (1991) mengemukakan beberapa definisi pendidikan sebagai berikut :

  1. Menurut Prof. Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.
  2. b. Menurut Prof. S. Brojonegoro, mendidik berarti memberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani. Pedagogik
  3. Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Jadi pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga. Hal tersebut lebih jelas dikemukakan oleh Drijarkara (Ahmadi, Uhbiyati, 1991) bahwa

  1. Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah – ibu – anak, dimana terjadi pemanusiaan anak. Dia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawan.
  2. Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah – ibu – anak, dimana terjadi pembudayaan anak. Dia berproses untuk akhirnya membudaya sendiri sebagai manusia purnawan
  3. Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah – ibu – anak, dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan.
Menurut Drijarkara, pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentral dalam pendidikan. Ayah dan Ibu bertanggung jawab untuk membantu memanusiakan, membudayakan, dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan bantuan ayah dan ibu tersebut akan berakhir apabila sang anak menjadi dewasa, menjadi manusia sempurna atau manusia purnawan (dewasa)
Pedagogik(1), Drs . Uyoh Sadulloh, M.Pd 5
Rumah Ilmu Indonesia |www.rezaervani.com – http://groups.yahoo.com/group/rezaervani
Dari uraian diatas, pedagogik pembahasannya terbatas pada anak, jadi yang menjadi objek kajian pedagogik adalah pergaulan pendidikan antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa, menurut Langeveld disebut “situasi pendidikan”. Jadi proses pendidikan menurut pedagogik berlangsung sejak anak lahir sampai anak mencapai dewasa (pengertian dewasa akan dijelaskan pada bagian pembahasan tujuan pendidikan). Pendidik dalam hal ini bisa orang tua dan/atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orang tua, membimbing anak yang belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri, agar anak dapat menjadi dirinya sendiri

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2115688-pengertian-pedagogik/#ixzz2D12p6Yu5


Motivasi Belajar


Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya.

Contoh lainnya, seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi agar lulus dengan predikat cum laude. Setelah itu, dia bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang hebat dengan tujuan membahagiakan orangtuanya.

Apa saja, sih, faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar seseorang dengan yang lainnya?Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya:

Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual
Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual
Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya
Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Stimulus motivasi belajarTerdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:

Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

Tips-tips meningkatkan motivasi belajarMotivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi.

Yuk, ikuti tips-tips berikut untuk meningkatkan motivasi belajar kita:

Bergaullah dengan orang-orang yang senang belajar
Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar.

Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah prestasi.

Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi.

Belajar apapun
Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya.

Belajar dari internet
Kita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat, pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, kita bisa masuk ke milis Free-English-Course@yahoogroups.com.

Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif
Di dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya.

Cari motivator
Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, ataupun pasangan hidup. Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari komunitas yang dapat membantu mengarahakan atau memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1958881-motivasi-belajar/#ixzz2D10q92fO

Pendidikan Popular

Pendidikan Popular

Psikologi Pendidikan

psikologi pendidikan

Aneka Peluang Bisnis

Kumpulan Aneka Peluang Bisnis

ILMU JIWA PENDIDIKAN

Fungsi Dasar Excel

Fungsi Dasar Excel

Pengertian Kurikulum


Pengertian kurikulum -

Pendidikan Kewarganegaraan (Bag: I)

Pendidikan Kewarganegaraan (Bagian Pertama)

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (DOC)

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan

Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Ideologi

Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi

Pancasila Sebagai Ideologi Dasar

Pancasila Sebagai Ideologi Dan Dasar

Pancasila Sebagai Ideologi Pandangan Bangsa Indonesia

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI PANDANGAN BANGSA INDONESIA

Sistem Filsafat Pancasila Sebagai Sistem Ideologi Nasional

Sistem Filsafat Pancasila sebagai Sistem Ideologi Nasional Indonesia

Filsafat Pancasila

FILSAFAT PANCASILA

Pancasila

pancasila

Landasan Pendidikan Pancasila

Landasan Pendidikan Pancasila

Psikologi Belajar

Psikologi Belajar-Teori

Teori Belajar

Teori Belajar

Teori Belajar

teori belajar

Ilmu Budaya Dasar

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR

Makalah IAD

makalah Ilmu Alamiah Dasar

Ilmu Alamiah dasar

ILMU ALAMIAH DASAR

Rabu, 21 November 2012

Materi Kuliah Statistik

Materi Kuliah Stitistik

Materi Kulian Pendidikan Pancasila

MATERI KULIAH PENDIDIKAN

Buku Pintar Menguasai Internet

buku pintar menguasai internet

Buku Panduan Website

BUKU PANDUAN WEBSITE ASTTI

Buku Panduan Website

BUKU PANDUAN WEBSITE ASTTI

Doc 16 Buku Komite

dok 16 buku komite

Doc 15 Buku Komite

dok 15 buku komite

KUHP

KUHP Buku 1

Pedoman penyusunan skripsi

BUKU PEDOMAN PENYUSUNAN SKRIPSI 2010

Buku pegangan pembina Pramuka

Buku Pegangan Pembina Pramuka

Pedoman Khusus Bimbingan Konseling

buku pedoman layanan bimbingan dan konseling

Handbook Komputer

handbook [komputer]

Buku Poxpro 9.0

Buku Foxpro 9.0

Ilmu Jiwa Pendidikan



Pembelajaran dengan strategi tutor sebaya

Bab I - BAB V

Motivasi Pendidikan

MAKALAH MOTIVASI KLP 1 _ORIENTASI BARU DALAM PENDIDIKAN.doc psikologi

Kompetensi dasar guru

STANDAR KOMPETENSI GURU

Pendidik dan peserta didik

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

Perkembangan Peserta Didik

Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik

Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik

Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik

Perkembangan Peserta Didik

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Aliran-aliran Pendidikan

ALIRAN-ALIRAN dan landasan pendidikan

Pembelajaran Efektif

metode pembelajaran - DOC

Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Plato

Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut PLATO Perspektif Ontologis

Pengantar Pendidikan

pengantar pendidikan

Dasar - dasar Internet



Pengantar Belajar Internet

Modul Beajar Pengantar Internet

Pengantar Pendidikan

pengantar pendidikan (PowerPoint)

Filsafat Ilmu (Sebuah Pengantar)



Pengantar Teori Belajar

PENGANTAR TEORI BELAJAR

Konsep Pengambilan Keputusan

konsep pengambilan keputusan (DOC)

Micro Teaching

bahan ajar micro teaching (DOC)

Macam-macam metode pembelajaran




Pembelajaran PERBEDAAN ANTARA STRATEGI METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN Belajar adalah proses




Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Hakikat belajar dan pembelajaran

Landasan Pendidikan Pancasila

Landasan Pendidikan Pancasila

Aliran - Aliran Dan Landasan Pendidikan

ALIRAN-ALIRAN dan landasan pendidikan

Filsafat Pendidikan

Filsafat Pendidikan

Aliran Filsafat Naturalisme

Ringkasan Materi Aliran Filsafat Naturalisme

Belajar dan Pembelajaran

Teori Belajar Bruner 



KOMPETENSI PEDAGOGIK

I. Pendahuluan
Mutu pendidikan yang baik dapat mendorong terciptanya masyarakat yang berkualitas, kreatif dan produktif. Salah satu ciri dari mutu pendidikan yang baik adalah terciptanya proses pembelajaran yang baik pula (mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi). Sebagai dampaknya Guru yang merupakan peran sentral dalam proses pembelajaran sudah sewajarnya dituntut untuk lebih professional dalam menjalankan fungsinya. Selain hal tersebut, perubahan dan perkembangan masyarakat yang semakin maju juga menuntut profesi guru menyesuaikan diri dengan perubahan dan kebutuhan masyarakat.
Seiring dengan hal diatas komitmen pemerintah untuk menciptakan pendidikan yang lebih bermutu dan berkualitas ditandai dengan lahirnya UU No 20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No 14 Th 2005 tentang UU Guru dan Dosen, dan PP No 19 Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam UU dan PP tersebut dinyatakan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan kompetensi sesuai dengan bidangnya.

II. Pembahasan

A. Kompetensi Guru

Pentingnya guru professional yang memenuhi standar kualifikasi diatur dalam pasal 8 Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen (UUGD) yang menyebutkan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Selanjutnya menurut Pasal 1 ayat (1) UUGD tersebut, kompetensi yang dimaksud memiliki arti sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Lebih dalam lagi pada pasal 10 ayat (1) UUGD dan Pasal 28 ayat 3 PP 19 tahun 2005 tentang SNP dijelaskan bahwa kompetensi guru yang dimaksud meliputi:
a. Kompetensi pedagogik;
b. Kompetensi kepribadian;
c. Kompetensi profesional; dan
d. Kompetensi sosial.

B. Kompetensi Pedagogik

Dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pada bab penjelasan pasal 10 ayat (1) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
Lebih lanjut pada Bab Penjelasan Pasal 28 ayat 3 PP 19tahun 2005 tentang SNP yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi:
Pemahaman terhadap peserta didik,
Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
Evaluasi hasil belajar, dan
Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Berikut akan dijabarkan mengenai dimensi-dimensi dari kompetensi pedagogik tersebut:

1. Pemahaman terhadap peserta didik
Secara umum pemahaman peserta didik dapat berarti kemampuan guru dalam memahami kondisi    siswa (baik fisik maupun mental) dalam proses pembelajaran. Sehingga dengan begitu diharapkan dapat tercipta interaksi yang baik antara guru dan peserta didik dalam rangka menciptakan kegiatan belajar mengajar yang kondusif. Dalam arti guru mengetahui seluk beluk peserta didik yang diajar, menentukan metode pengajaran, bahan dan alat yang tepat sehingga memungkinkan peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui interaksi dan pengalaman belajar.
Mulyasa (2008:79) menyebutkan sedikitnya ada empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik dan perkembangan kognitif.

a. Tingkat Kecerdasan

Dalam bukunya Psikologi Pendidikan, Alisuf Sabri menyimpulkan arti dari kecerdasan (intelegensi) sebagai berikut:
kemampuan umum mental individu yang tampak dalam caranya bertindak atau berbuat atau dalam memecahkan masalah atau dalam melaksanakan tugas.
suatu kemampuan mental individu yang ditunjukan melalui kualitas kecepatan, ketepatan dan keberhasilannya dalam bertindak/berbuat atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Dari pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa selain ditentukan berdasakan hasil tes IQ, ternyata tinggi atau rendahnya tingkat kecerdasan seseorang dapat dilihat dari kecepatan, ketepatan dan keberhasilan seseorang dalam bertindak atau dalam memecahkan masalah.
Adanya perbedaan IQ atau tingkat kecerdasan tiap peserta didik sudah barang tentu menunjukkan adanya perbedaaan kemampuan pula. Perbedaaan kemampuan ini sangat mempengaruhi peserta didik dalam menerima dan menyerap pelajaran, menyelesaikan tugas-tugas, kualitas prestasi hasil belajar, maupun aktifitas lain. Perbedaan-perbedaan seperti inilah yang perlu disadari oleh seorang guru. Sehingga dalam menjalankan fungsinya seorang guru dapat melayani perbedaan tersebut dengan sikap yang tepat.
Diantaranya dengan memberikan kegiatan belajar yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Hingga hasilnya setiap peserta didik diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan segala masalah yang dihadapi sesuai dengan tingkat kemampuannya.

b. Kreativitas

Seperti halnya pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik, guru juga diharapkan dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya. Berdasarkan penelitiannya, Gibbs (Mulyana 2008:88) menyimpulkan bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan memberikan kepercayaaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. Apa yang dikemukakan Gibbs diatas tentunya juga harus didukung dengan kreativitas guru itu sendiri dalam menggunakan pendekatan/metode pengajaran.
Dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kreativitas peserta didik Bahri dan Zain (2006:160) menyebutkan ada tiga aspek keterampilan guru dalam mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar, yaitu variasi dalam gaya mengajar, dalam menggunakan media/bahan pengajaran serta variasi dalam interaksi antara guru dan siswa.
Salah satu contoh metode pengajaran yang kini sering digunakan di banyak sekolah adalah metode inquiry (inkuiri), yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk mengeksplorasi sesuatu sesuai dengan persepsi dan kreativitas peserta didik.

c. Cacat fisik

Dalam bagian ini guru dituntut untuk dapat memahami kondisi fisik peserta didik yang memiliki keterbatasan atau kelainan (cacat). Dalam rangka membantu perkembangan pribadi mereka, sikap dan layanan yang berbeda dapat dilakukan sesuai dengan kondidi fisik yang dialami peserta didik. Misalkan jenis alat bantu/media yang berbeda bagi penyandang cacat tuna netra, mengatur posisi duduk bagi tuna rungu ataupun perlakuan khusus seperti membantu duduk bagi peserta didik yang mengalami lumpuh kaki.

d. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif

Pada dasarnya proses belajar mengajar bertujuan menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan (pertumbuhan dan perkembangan) struktur kognitif siswa. Dalam ranah kognitif ini terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang yang terendah sampai jenjang paling tinggi, yaitu:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan.
2. Pemahaman.
3. Penerapan.
4. Analisis.
5. Sintesis.
6. Penilaian.
Pertumbuhan dan perkembangan aspek kognitif tersebut merupakan kolaborasi antara potensi bawan dan lingkungan. Salah satu lingkungan yang mempengaruhi struktur kognitif siswa adalah pada saat terjadinya interaksi belajar mengajar. Proses pertumbuhan dan perkembangan kognitif siswa yang menuju kematangan inilah yang harus terus dipantau dan dipahami guru. Sehingga guru benar-benar dapat memahami tingkat kesulitan yang dihadapi dengan menerapkan pembelajaran yang efektif sebagai solusinya.

e. Perancangan pembelajaran

Perancangan pembelajaran merupakan kegiatan awal guru dalam rangka mengidentifikasi dan menginventarisasi segala komponen dasar yang akan digunakan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Sedikitnya ada tiga kegiatan yang mendukung perancangan pembelajaran ini, yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.

1. Identifikasi kebutuhan
Tahap ini merupakan tahap dimana guru melibatkan peserta didik dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan belajar, sumber-sumber yang mendukung kegiatan belajar, hambatan yang mungkin dihadapi serta hal lainnya. Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya. Berdasarkan identifikasi terhadap kebutuhan belajar tersebut kemudian akan dirumuskan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.

2. Perumusan kompetensi dasar
Kompetensi merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran. Kompetensi yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media pembelajaran serta dalam memberi petunjuk penilaian. Dengan dirumuskannya kompetensi yang akan dicapai peserta didik, diharapkan penilaian pencapaian kompetensi yang kelak akan dilakukan bersifat objektif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan mengacu pada penguasaan mereka terhadap suatu kompetensi sebagai hasil belajar

3. Penyusunan program pembelajaran.
Kegiatan ini merupakan tahap selanjutnya sebelum menyusun Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP). RPP itu sendiri adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Supaya RPP yang disusun bisa efektif dan efisien maka perlu dilakukan kegiatan yang mendukung berikut :
- Melakukan pemetaaan kompetensi per unit.
- Melakukan analisis alokasi waktu, dan
- Menyusun program tahunan dan semester.

4. Pelaksanaan pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor eksternal maupun faktor internal.Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku pembentukan kompetensi peserta didik. Umumnya pembelajaran menyangkut tiga hal: pre tes, proses, dan post tes , sebagai berikut:

1. Pre tes (tes awal)
Pre tes memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, yang berfungsi antara lain:
Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, dengan pre tes maka pikiran mereka terfokus pada soal yang harus dikerjakan.
Untuk mengetahui kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan, dengan cara membandingkan hasil pre tes dengan post tes.
Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.
2. Proses
Proses adalah sebagai kegiatan inti dari pelaksanaan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh pesera didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosial. Kualitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran disamping menunjukkan gairah belajar yang tinggi, nafsu belajar yang besar dan tumbuhnya rasa percaya diri.

Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi dan prilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan.

3. Post Test
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan post test, post test memiliki banyak kegunaan terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi post test antara lain :
Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok.

Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai anak didik dan tujuan-tujuan yang belum dikuasai anak didik. Bagi anak yang belum menguasai tujuan pembelajaran perlu diberikan pengulangan (remedial teaching).
Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial maupun yang perlu diberikan pengayaan.
Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik yang telah dilaksanakan.

f. Evaluasi hasil belajar

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan dan pembentukan kompetensi peserta didik , yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, dsb.

g. Pengembangan peserta didik

Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain kegiatan ekstrakurikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan konseling (BK).

III. PENUTUP

Demikianlah akhir dari makalah ini semoga dari apa yang diuraikan diatas kita mendapatkan sedikit banyak pengetahuan, pencerahan ataupun keinginan untuk dapat menerapkan kompetensi pedagogik dalam rangka menjadi seorang guru yang qualified.